Pelatihan Pemandu Wisata Pokdarwis Kalurahan Giricahyo dan Pemandu Wisata Paralayang – Goa Langse

Wisata Giricahyo

Selamat Malam Indonesia,

Pariwisata di DI.Yogyakarta menduduki posisi ke-2 dalam kunjungan wisata senasional sesudah Bali. Sekalipun potensi wisata di DI.Yogyakarta setara dengan Bali, tetapi pengembangan masyarakat dalam mengelola wisata masih harus dipersiapkan dengan baik. Edge Resort Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Griya Jati Rasa pada hari Kamis Pahing, tanggal 4 Agustus 2022 melakukan pelatihan Pemandu Wisata Pokdarwis Kalurahan Giricahyo, dari areal wisata Paralayang, Bukit Soka sampai ke Goa Langse. Pelatihan dilakukan di Joglo Adi Satrio, Edge Resort Yogyakarta. Selain dihadiri oleh pramuwisata yang sudah langsung melayani wisatawan di zona Watu Gupit, Bukit Soka, Goa Langse, pelatihan ini juga dihadiri oleh pemula pramuwisata maupun ketujuh Kepala Dusun di Kalurahan Giricahyo. Kegiatan pelatihan yang dihadiri kurang lebih 30 orang adalah rangkaian dari perayaan peradaban Indonesia untuk merayakan 200 tahun rumah pusaka yang saat ini menjadi pusat aktivitas di Edge Resort Yogyakarta, 1 tahun keberadaan Edge Resort Yogyakarta dan 7 tahun Yayasan Griya Jati Rasa. 

Bapak Setiyo Hartato, SIP, MMB selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabupaten Gunung Kidul tampil memukau dengan memberikan motivasi kepada peserta tentang tujuan wisata adalah menyenangkan wisatawan. Penyampaian yang sederhana dengan contoh-contoh tentang sikap pramuwisata yang professional disampaikan untuk menguatkan kebijakan pemerintah menjadikan pariwisata di DI.Yogyakarta bertaraf internasional. Sikap professional pramuwisata itu terkait dengan penguatan nilai-nilai diri yang disiplin dalam melayani wisatawan, memastikan keamanan dan keselamatan wisatawan, kerendahan hati untuk menjelaskan tentang keunikan situs wisata yang dikunjungi dan kemampuan untuk menyelesaikan kesalahpahaman selama interaksi wisata terjadi. Sementara persiapan di luar diri seorang pramuwisata terkait langsung dengan pra kunjungan, pada saat kunjungan dan paska kunjungan wisatawan.

Pramuwisata diharapkan bisa menggunakan HP nya untuk membangun komunikasi dan jejaring dalam memastikan ketertarikan daerah wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan. Materi yang berjudul “Menjadi Pramuwisata di masa Pandemik” bertujuan mendorong para peserta untuk bisa mempersiapkan diri menjadi pramuwisata yang professional dengan mendapat sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi. Pengetahuan pramuwisata perlu terus diperdalam baik yang terkait dengan kebijakan pengembangan pariwisata dimana Kapanewon Purwosari termasuk dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP 4) yang menekankan pariwisata alam, pantai berbasis budaya. Pramuwisata perlu mengerti cerita-cerita lokal yang dapat dikemas dan disebarkan memanfaatkan media sosial dari aplikasi HP yang dimilikinya.

Sementara narasumber lain yaitu Ibu Farsijana Adeney-Risakotta PhD dengan judul materi “Sampah dan Perubahan Iklim, tantangan Pariwisata di DI.Yogyakarta meletakan pembahasannya dalam perspektif budaya. Peta geografis Yogyakarta dalam imajinasi Farsijana, serupa dengan bentuk tubuh manusia yaitu tubuh Semar. Tubuh yang berdiri menghadap ke barat, dengan kaki menanjam kuat terbelah oleh kali opak, kaki kiri di Gunung Kidul dan kaki kanan di Kulon Progo. Kuncung Semar adalah Gunung Merapi dengan posisi hati sebagai pusat nilai berada di kraton dan perutnya di Panggungharjo, Bantul sebagai pusat lumbung padi. DI.Yogyakarta yang Hamemayu Hayuning Bawana seperti digambarkan dalam peta makrokosmos tubuh Semar saat ini berada dalam tantangan global yaitu perubahan iklim. Kepedulian pramuwisata dalam menjaga alam harus dimulai dengan sikap untuk melindungi alam dari tumpahan sampah sembarangan.

Pariwisata di atas tebing di Gunung Sewu, terutama di sebelah barat laut di bagian atas dari pantai Parangtritis berhubungan langsung dengan samudera Indonesia. Peradaban samudera Indonesia yang harus dibangun dari pengelolaan wisatawan adalah parawisata tanpa sampah. Sampah yang berada dipermukaan tanah dapat menutupi jalur serapan air ke dalam tanah. Sementara apabila sampah bertebaran sampai ke laut bisa mematikan biota laut. Pelatihan ditutup dengan komitmen bersama untuk tergabung dalam jejaring Whapsapp dari Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul untuk menindalanjutkan program-program pengembangan kapasitas pramuwisata yang dapat dikerjasamakan dengan pemerintah maupun pihak stakeholder lainnya seperti Edge Resort Yogyakarta dan Yayasan Griya Jati Rasa.

Berita Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *