Diskusi Mben Selasa dengan tema Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan

Selamat Pagi Indonesia,

Menjadi perempuan adalah rahmat. Sebelum bisa menulis status untuk Indonesia, saya harus berlega hati memberi waktu untuk melakukan yang penting untuk hidup kita bersama. Perempuan mendiskusikan kegiatan hidup sehari-hari, bagaimana keadaan anggora keluarga, apa yang akan dimasakan, gimana tanaman-tanaman sudahkah mendapat nutrisi yang cukup. Kemarin saya masak ayam suweran untuk nasi kotak kegiatan diskusi khusus perayaan hari ulang tahun #MuseumDewantaraKirtiGriya ke 47 tahun dan 128 tahun umur Ki Hadjar Dewantara. Saya juga menghias tumpeng untuk dahar kembuli sesudah diskusi Mben Selasa spesial.

Ide-ide untuk menulis harus dierami dalam benak karena memberi waktu untuk belajar bahasa Jawa di perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya dengan sang guru, Kang Rendra Agusta. Di sore menilik adik dan bersama dengan keluarga Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana melakukan ibadah syukur untuk merayakan hari ulang tahun Fakuktas Bisnis ke-32. Tiba di rumah sudah menjelang tengah malam sesudah ngobrol mendalam dengan beberapa orang di kampus termasuk mahasiswi yang terinspirasi dengan khotbah dari pak Weli Cang tentang menjadi berkat dalam kehidupan keragaman di Indonesia.

Pagi ini saya menulis untuk sahabat-sahabat di Indonesia. Saya terharu karena dituntun Tuhan sehingga bisa belajar bersama dengan sahabat museum Dewantara Kirti Griya menggali bersama pemikiran dan praktek kebangsaan Ki Hadjar Dewantara. Ketika saya diminta oleh Ki Listyo H. Kris untuk memberikan sambutan sebagai perintis Mben Selasa, yang saya ingat mengatakan bahwa kita semua berkomitmen menjadikan Rumah Ki Hadjar Dewantara sebagai rumah belajar untuk baik warga tamansiswa maupun masyarakat luas. Pemikiran genuine dari Ki Hadjar Dewantara tentang Indonesia dalam membangun kebangsaan melalui pendidikan harus digali dan diimplementasi dalam tantangan dunia saat ini.

Diskusi Mben Selasa tanggal 2 Mei 2017 dengan narasumber Dr. Iwan Pranoto dan Prof Waryudi mendorong kita melihat pendidikan sebagai sarana untuk membangun critical thinking dalam konteks interaksi dengan kebudayaan dan demokrasi bangsa negara kesatuan Indonesia. Karakter pejabat dibentuk dari masa pendidikannya. Menjadikan peserta didik untuk mengerti keragaman bangsa sambil terus menjadi pribadi yang bisa berinteraksi dengan dunia dalam keutuhan sejati dirinya adalah tujuan luhur pendidikan nasional yang diperjuangkan Ki Hadjar Dewantara.

Jadi itulah tugas kita bersama untuk terus menjadikan Indonesia sebagai tempat kita belajar mengakui kesalahan, kegagalan dalam sejarah bersama untuk terus maju membangun kekuatan bangsa dan negara menjadi bangsa yang merdeka batin, jiwa, politik, ekonomi dan budaya.

Mben Selasa di #Museum Dewantara Kirti Griya sebagai hasil kerjasama dengan Yayasan Griya Jati Rasa adalah ruang belajar untuk pendidikan publik tentang hidup kebangsaan di Indonesia. Sebagai rumah, suasana diskusi yang penuh kekeluargaan dipertemukan dengan semangat mencari kebenaran yang dilakukan dengan rendah hati dan penuh hormat.

Ki Hadjar Dewantara telah memberikan contoh kepada kita semua pada masa hidupnya, beliau adalah seorang yang menginisiasi diskusi, penulisan dan penerapan implementasi kebijakan kebangsaan dalam negara bangsa Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *